Kegiatan Pelayanan Kesgi di Puskesmas, Kesehatan Gigi & Isu Pembangunan Kesehatan, Artikel Peminatan

  Profil dan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Gigi
di Puskesmas Pudakpayung


    Puskesmas Pudakpayung adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat.

    Puskesmas Pudakpayung selalu berkeinginan untuk dapat melayani masyarakat dengan pelayanan yang sesuai dengan standar pelayanan minimal. Pelayanan yang santun dan ramah tamah sesuai prinsip 3 S (senyum, sapa dan salam) adalah salah satu perilaku utama setiap pegawai Puskesmas Pudakpayung dan hal ini merupakan kunci utama agar setiap pasien terpuaskan.

    Kegiatan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas Pudakpayung :

1. Pengobatan adalah untuk mendiagnosa secara dini, mengadakan rehabilitasi dan memberikan pengobatan serta perawatan pada penderita. Di dalamnya terdapat kegiatan : memberi pengobatan dan perawatan kepada penderita baik di dalam maupun di luar gedung, mengirimkan penderita atau merujuk pasien yang memerlukan perawatan rujukan, dan melaksanakan pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosa (pemeriksaan gula darah)

2. Melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi dan mulut dengan cara memberikan pembinaan kesehatan gigi dan mulut di posyandu dan institusi sekolah

3. Melaksanakan pembinaan & bimbingan sikat gigi massal di sekolah sehingga menjadi kegiatan rutin

4. Melaksanakan pengobatan dan pencabutan gigi di sekolah


Apakah Kesehatan Gigi Berperan terhadap Kesehatan Mental?

    Kesehatan gigi kerap dianggap terpisah dari kesehatan umum. Pada penelitian terbaru menunjukkan bahwa kesehatan gigi berkaitan dengan kesehatan mental seseorang. Gangguan kesehatan gigi seperti maloklusi, kondisi susunan atau posisi gigi yang tidak sejajar berpengaruh terhadap kondisi psikologi seseorang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Psikolog Susan Albers bahwa ketika kesehatan mulut seseorang terganggu, maka kualitas hidup seseorang dapat menurun dan memperburuk masalah kesehatan mental. 

Bukti bahwa kondisi gigi yang buruk dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang adalah salah satu studi dalam jurnal American Journal of Orthodontics & Dentofacial Orthopedics, yang menemukan bahwa remaja dengan gigi yang buruk memiliki risiko mengalami bullying, kecemasan, dan depresi dibandingkan dengan remaja yang memiliki gigi yang rapi. Selain itu, kecenderungan mengalami kesulitan berinteraksi dengan orang lain dan memiliki hubungan sosial yang lebih sedikit. Oleh karena itu, ketidakpuasan terhadap penampilan memicu dalam penurunan tingkat kepercayaan diri. Sehingga gigi yang rapi dapat membuat seseorang lebih percaya diri saat berinteraksi dengan orang lain tanpa perlu khawatir tentang penampilan gigi atau rasa tidak nyaman. 

Begitu pula sebaliknya, kesehatan mental dapat memengaruhi kesehatan gigi karena saat sedang stress, seseorang mungkin akan mengabaikan kebersihan giginya. Seseorang mungkin tidak memiliki motivasi atau energi dalam menjaga kebersihan gigi dan kemungkinan mengalami peningkatan persepsi rasa sakit dan menghindari dokter gigi. Tanda seseorang memiliki tingkat stress yang tinggi adalah email gigi yang aus. Pada orang yang memiliki gangguan obsesif-kompulsif, hal ini disebabkan oleh kebiasaan menyikat gigi lebih banyak daripada biasanya atau karena bruxism. Di sisi lain, penderita gangguan makan juga dapat mengalami risiko kerusakan gigi yang tinggi karena kekurangan gizi atau efek dari makan banyak makanan manis atau makanan olahan.

Oleh karena itu, kesehatan gigi dan kesehatan mental memiliki peran penting dalam kesejahteraan seseorang, dan kira perlu memahami dan menjaga keduanya dengan baik. Peran aktif dalam merawat kesehatan gigi dapat memengaruhi kesehatan mental secara positif, yaitu dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kebahagiaan. Kita dapat menjaga kesehatan gigi dan kesehatan mental dengan cara perawatan gigi teratur dengan pemeriksaan gigi rutin dan menjaga kebersihan gigi dan mulut,  mengelola stress dengan meditasi, yoga atau olahraga, konsultasi dengan profesional jika merasa terdapat masalah gigi atau kesehatan mental memburuk dan hindari makanan dan minuman tinggi gula serta asam yang dapat merusak gigi.

Sumber :

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2749/pengaruh-kesehatan-gigi-terhadap-kesehatan-mental

https://health.kompas.com/read/2022/06/01/080000668/kesehatan-gigi-berpengaruh-pada-kesehatan-mental-kok-bisa-?page=all

https://www.fimela.com/health/read/5235109/pengaruh-gigi-sehat-untuk-kesehatan-mental-dan-kesejahteraan-hidup-yang-lebih-baik

Dampak Bullying di Usia Sekolah
bagi Masa Depan Seseorang

    Usia sekolah merupakan masa yang sangat menentukan kualitas seorang dewasa dengan harapan sehat secara fisik, mental, sosial, dan emosi. Kasus yang sering terjadi di tingkat sekolah yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang adalah bullyingBullying diartikan sebagai tindakan yang menggunakan kekuasaan dalam menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban menjadi tertekan, trauma, dan tidak berdaya.

    Bentuk bullying yang terjadi di sekolah dapat berupa: pertama, verbal. Dimana kekerasan yang dilakukan berupa ejekan, makian, cacian, celaan, fitnah. Kedua, fisik. Dimana kekerasan yang dilakukan berhubungan dengan tubuh seseorang yang dapat berupa pukulan, meludahi, tamparan, tendangan. Ketiga, relasional. Dimana kekerasan yang terjadi karena munculnya kelompok tertentu yang berseberangan dengan kelompok ataupun individu lain hingga adanya pengucilan. Faktor terjadinya bullying ini diantaranya, yaitu perbedaan kelas (senioritas), ekonomi, agama, gender, keluarga tidak rukun, situasi sekolah tidak harmonis, perbedaan karakter individu ataupun kelompok, adanya dendam/iri hati, adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik, dan meningkatkan popularitas pelaku dalam ruang lingkup teman sebayanya.

    Kasus bullying di sekolah kurang mendapat sorotan karena efeknya tidak tampak secara langsung, kecuali bullying dalam bentuk kekerasan fisik.Selain itu, sebagian orang tua dan guru masih belum memilki pengetahuan yang cukup tentang bullying dan dampaknya bagi kehidupan anak.

Dalam jangka pendek, bullying berdampak pada timbulnya perasaan harga diri yang rendah, perasaan tidak aman, terisolasi, depresi dan stress yang dapat memicu bunuh diri. Dampak jangka panjang, bullying membuat korban menderita masalah emosional dan perilaku. Efek jangka panjang ini bisa jadi tidak disadari pelaku, korban, dan orang di sekitarnya karena dampaknya lebih bersifat psikis dan emosi yang tidak terlihat serta prosesnya sangat perlahan, berlangsung alam dan tidak langsung muncul saat itu juga. Psikiater dari Emory University Medical School, AS, Dr. Charles Rasion, dalam penelitiannya menemukan bahwa bullying  di sekolah dapat menyebabkan terjadinya Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Perempuan dua kali lebih berisiko menderita PTSD pada saat dewasa dibandingkan laki-laki.

    Dampak jangka panjang korban bullying ini jika tidak ditangani akan terbawa hingga dewasa dan akan mengganggu pencapaian-pencapaian terbaik dalam kehidupan mereka, baik dalam studi, karir, hubungan sosial, hingga kebahagiaan hidup mereka sendiri. Hal terbaik yang harusnya dilakukan adalah menangani dan mencegah perilaku bullying sejak dini, di sekolah dan di rumah.


Sumber :

https://media.neliti.com/media/publications/69352-ID-bullying-di-sekolah-dan-dampaknya-bagi-m.pdf

Komentar